Rabu, 27 Juni 2012

studi tradisi dan pemikiran islam di indonesia

       BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG

Islam datang dan berkembang di indonesia dalam suasana damai  dan telah menjadi bagian dari tradisi dan kebudayaan dalam bidang peradaban masyarakat. dilingkungan sekitar kita mungkin banyak yang kita temukan , berbagai macam corak tradisi masyarakat , pola beragaman, pemahaman ,maupun proses interprestasi  aksi umat islam yang sangat kurang. Pola beragama yang sentritisme yang berupa tarik menarik antara nilai sakral . Islam dalam budaya lokal masih banyak kita temukan . Oleh karena itu di sini di bahas sedikit tentang berbagai macam pemikiran tentang tradisi islam di indonesia yang nantinya bisa memilah milah tingkat masyarakat dalam memahami tradisi yang berkembang dalam peradaban islam di indonesia .

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana tradisi yang berkembang di indonesia ?
2.      Bagaimanakah pemikiran para golongan tentang pemikiran islam di indonesia?

C.    TUJUAN PEMBAHASAN

1.      Untuk memahami tentang tradisi islam yang berkembang di indonesia .
2.      Mengetahui berbagai macam pemikiran dari beberapa golongan mulai tradisionalis , modernis , revivalis , dan transformatif .



1
BAB II
PEMBAHASAN

A.KAJIAN TENTANG TRADISI ISLAM DI INDONESIA
            Meskipun islam datang dan berkembang di Indonesia lebih dari lima abad, pemahaman dan penghayatan keagamaan kita masih cenderung sinkretik ( tarik menarik antara nilai – nilai luhur islam dengan budaya local).
            Pada abad – abad yang lalu tradisi yang berkembang misalnya menggambarkan kepercayaan masyarakat pada dunia metafisik , seperti kepercayaan masyarakat terhadap memedi, lelembut, dan demit, tingkeban , pitonan, selametan dan lainnya.
            Meskipun sekarang ini sedang memasuki zaman teknik ( modern ) dan tidak lama lagi akan memasuki milinium ke – 3 , keberagaman kita tidak sepenuhnya dapat lepas dari pengaruh sinkretik yang diwariskan oleh para pendahulu kita . secara kelembagaan, muhammadiyah dan persis berusaha Melakukan pembaruan dengan melepaskan umat dari pengaruh – pengaruh non – islam. Akan tetapi, gerakan ini mendapat tantangan dari kalangan nahdliyin ( NU ) yang cenderung mentolelir dan melestarikan kebiasaan  - kebiasaan tersebut.
            Sekarang ini baik di perkotaan maupun di pedesaan kita masih menyaksikan upacara – upacara seperti slametan – slametan yang dilakukan masyarakat dahulu. Amaliah keagamaan kita di masyarakat dapat dilihat dari upacara nujuh bulan ( tingkeban ) dengan menyediakan makanan kecil yang kemudian dibagikan kepada masyarakat sekitar. Begitu juga dengan upacara kematian, amaliyah keagamaan kita dimasyarakat dapat dilihat dari setelah kematian melakukan pembacaan Al – Qur’an di rumah orang yang meninggal dunia, dan masih banyak hal lainnya. 
            Dalam merespons tradisi yang berkembang di masyarakat tersebut, secara umum, umat islam dapat dibedakan menjadi dua :
1.      Kaum tua, adalah ulama yang menentang perubahan – perubahan yang dikembangkan oleh “kaum muda” dan mempertahankan system keagamaan di Indonesia yang dinilai
2
telah mapan. Bagi “kaum tua”, kebenaran tidak perlu dikaji ulang, sebab kebenaran tidak pernah diubah karena perubahan waktu dan kondisi.”kaum tua” menegaskan bahwa agama dipelajari melalu hafalan di pondok – pondok pesantren, agama tidak bias salah dan tidak boleh ditundukkan oleh penelitian akal. Konsekuensinya adalah setiap penolakan terhadap bagian dari agama, dianggap menolak agama itu sendiri.
2.      Kaum muda, adalah ulama pendukung perubahan – perubahan radikal dalam pemikiran dan praktik keagamaan di Nusantara. “kaum muda” menentang keras praktik – praktik
tasawuf , ketaatan pada madzab – madzab teologi dan hukum islam, upacara ritual yang
tidak otoritatif , dan do’a yang dimaksudkan untuk mengantarkan roh yang baru meninggal dunia.
Dalam konteks tradisi local, ulama terbagi menjadi “kaum tua” dan “kaum muda”, sedangkan dalam konteks global, respons pertama merupakan respons tradisionalis atau konservatif, sedangkan respons kedua merupakan respons modernis.
B.PEMIKIRAN ISLAM DI INDONESIA
Umat islam sekarang ini berada pada posisi yang sangat mengkhawatirkan. Rendahnya dalam penguasaan dan pengembangan sains dan teknologi, umat islam menjadi kelompok yang terbelakang. Mereka hampir diidentikkan dengan kebodohan, kemiskinan, dan tidak berperadaban. Atas dasar itulah terjadi berbagai reaksi terhadap kemajuan pemeluk agama – agama lain, karena disisi lain, umat yang beragama lain begitu maju dengan berbagai teknologi. Secara umum, reaksi tersebut dapat dibedakan menjadi empat, yaitu tradisionalis, modernis, revivalis, dan transformatif.
1.Golongan Pemikiran Tradisionalis
           Pemikiran tradisionalis percaya bahwa kemunduran umat islam adalah ketentuan dan rencana tuhan. Kemunduran dan keterbelakangan umat islam  dinilai sebagai “ujian” atas keimanan.
            Akar teologis pemikiran tradisionalis bersandar pada aliran Ahli Al – Sunnah Wa
3
Aljama’ah, terutama aliran ‘Asy’ariyah, yang merujuk kepada aliran jabariyah mengenai predeterminisme ( takdir ), yakni manusia harus menerima ketentuan rencana Tuhan yang telah dibentuk sebelumnya.
            Cara berfikir tradisionalis tidak hanya terdapat dikalangan muslim di pedesaan atau yang diidentikkan dengan NU, tapi sesungguhnya terdapat di berbagai organisasi dan berbagai tempat.
2.Golongan Pemikiran Modernis  
            Dalam pandangan masyarakat barat, modernisme mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham – paham dan institusi – institusi lama untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, modern ( modernis, pelaku ) lebih mengacu pada dorongan untuk melakukan perubahan karena paham – paham dan institusi – institusi lama dinilai “tidak relevan”.
Kaum modernis percaya bahwa keterbelakangan umat islam lebih banyak disebabkan oleh kesalahan sikap mental, budaya, atau teologi mereka.
Asumsi kaum modernis adalah keterbelakangan umat islam karena mereka melakukan sakralisasi terhadap semua bidang kehidupan.
3.Golongan Pemikiran Revivalis Fundamentalis  
            Revivalis menjelaskan faktor dalam dan faktor luar sebagai dasar analisis kemunduran umat islam. Umat islam terbelakang dalam pandangan aliran pemikiran ini karena mereka lebih banyak menggunakan ideologi bukan islam sebagai pijakan daripada menggunakan Al – Qur’an sebagai acuan dasar. Mereka menolak kapitalisme dan globalisasi karena berakar dari faham liberalisme.
4.Golongan Pemikiran Transformatif 
            Gagasan transformatif merupakan alternatif ketiga dari respon umat islam saat ini. Para pengagas transformatif percaya bahwa keterbelakangan umat islam disebabkan oleh ketidak
4

adilan system dan struktur ekonomi, politik dan kultur. Oleh karena itu mereka berupaya untuk melakukan transformasi struktur melalui penciptaan relasi yang secara fundamental baru yang lebih dalam bidang ekonomi, politik, dan kultur. Keadilan menjadi prinsip fundamental bagi penganut transformatif. Islam dipandang sebagai agama pembebasan dari penindasan serta mentransformasi system eksploitasi menjadi system adil.















5
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan, bahwa :
1.      Di Indonesia terdapat berbagai macam tradisi tentang keagamaan yang sudah membudaya, baik diperkotaan maupun dipedesaan.
2.      Dalam merespons suatu tradisi yang berkembang di masyarakat,umat islam secara umum dibedakan menjadi dua golongan,antara “golongan muda” dan “golongan tua” yang kedua golongan tersebut mengemukakan berbagai pendapat yang berbeda – beda. Kaum tua adalah kelompok yang cenderung membiarkan dan bahkan melestarikan tradisi, sedangkan kaum muda cenderung menentang tradisi dan ingin membersihkan praktik islam dari pengaruh bid’ah dan khurafa. 
3.      Rendahnya penguasaan dan pengembangan sains dan teknologi, menjadikan umat islam mengeluarkan berbagai reaksi terhadap kemajuan pemeluk agama – agama lain, yang terbentuk dengan berbagai reaksi dari berbagai golongan,yaitu golongan tradisionalis, modernis, revivalis, dan transformative,yang memberikan pemikiran sendiri tentang islam di Indonesia.
   
B.     SARAN

1.      Kita harus bisa  memilih dan menela’ah antara tradisi islam yang memberikan respons positif dan negative untuk kita ketahui sejauh mana kita mengerti kebudayaan yang sudah membudaya di  Indonesia yang bisa kita ambil letak sisi positifnya.
2.      Ikut memberikan respons positif apabila dalam suatu kajian tradisi islam menumbuhkan ajaran yang tidak menentang dalam ajaran agama kita.

6
3.      Pemikiran islam dari berbagai golongan berbeda – beda, dimana kita diharapkan untuk menganalisis secara mendetail tentang berbagai macam persoalan yang terjadi didalam perkembangan islam di Indonesia



DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Atang Abdul dan Jaih Mubarok. 2009 . Metodologi Studi Islam . Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA






1 komentar: