BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pikir
dalam kamus bahasa Indonesia berarti akal budi, ingatan, angan – angan, kata
dalam hati, kira, dan sangka. Berfikir mencakup segala aktivitas mental, kita
berfikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berfikir
saat melamun sambil menunggu mata kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita
berfikir saat menulis artikel, menulis makalah, puisi, membaca buku, menulis
surat, merencanakan liburan, atau menghawatirkan persahabatan yang terganggu,
atau terkadang ada suatu problema yang harus ia hadapi. Oleh karena itu, disini
akan dibahas teori tentang berfikir, antara berfikir dan bernalar, bahasa dan
pikiran, dan macam – macam berpikir.
B. Rumusan maslah
Dalam makalah ini terdapat rumusan masalah, antara lain :
1.
Apa pengertian berpikir ?
2.
Apa perbedaan antara
berpikir dan bernalar ?
3.
Apakah arti dari bahasa
dan pikiran ?
4.
Apa saja macam – macam
berpikir ?
C. Tujuan pembahasan
Dari rumusan masalah diatas, terdapat beberapa tujuan, antara
lain :
1.
Untuk mengetahui
pengertian dari berfikir.
2.
Untuk mengetahui perbedaan
antara berfikir dan bernalar.
3.
Untuk mengetahui arti dari
bahasa dan pikiran.
4.
Untuk mengetahui macam –
macam berpikir.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Berfikir
sebagai aktivitas mental
Berfikir
adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Kegiatan berfikir juga
melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak
manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada objek tertentu,
menyadari kehadirannya seraya secara aktif menghadirkannya dalam pikiran
kemudian mempunyai gagaan atau wawasan tentang objek tersebut.
Berfikir
juga berarti berjerih – payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami
atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berfikir
juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung,
mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah – milah, atau
membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan – kemungkinan yang
ada, membuat analisis dan sintesis, menalar, atau menarik kesimpulan dari
premis – premis yang ada, menimbang dan memutuskan.
Kegiatan
berfikir, biasanya dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab
atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan.
Kegiatan berfikir juga dirangsang oleh kekaguman dan keheranan dengan apa yang
terjadi atau dialami. Dengan menimbulkan pertanyaan – pertanyaan untuk dijawab
. jenis, banyak, sedikit, dan mutu pertanyaan yang diajukan bergantung pada
minat, perhatian, sikap ingin tahu, serta bakat dan kemampuan subjek yang
bersangkutan.
Setiap
individu pasti memiliki cara berfikir yang berbeda. Perbedaan dalam cara
berfikir dan pemecahan masalah merupakan hal yang nyata dan penting. Perbedaan
ini mungkin sebagian disebabkan oleh factor pembawaan sejak lahir dan sebagian
lagi berhubungan dengan taraf kecerdasan seseorang. Namun, jelas bahwa proses
keseluruhan dari pendidikan formal dan pendidikan informal sangat mempengaruhi
gaya berfikir seseorang di kemudian hari, di samping mempengaruhi pula mutu
pemikirannya ( Leavitt, 1978 ).
Para
ahli melihat ihwal berfikir ini dari perspektif yang berlainan. Ahli – ahli
psikologi asosiasi, misalnya, menganggap bahwa berfikir adalah kelangsungan
tanggapan – tanggapan ketika subjek berfikir pasif. Plato beranggapan bahwa
berfikir adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat plato , ada
yang berpendapat bahwa berfikir adalah aktivitas ideasional ( Woodworth dan
Marquis, dalam Suryabrata, 1995:54 ). Pada pendapat yang terakhir itu
dikemukakan dua kenyataan, yakni :
Ø Berfikir
adalah aktivitas, jadi subjek yang berfikir aktif, dan
Ø Aktivitas
bersifat ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat
disertai oleh kedua hal itu, berfikir menggunakan abstraksi – abstraksi atau “
ideas”.
Piaget
menciptakan teori bahwa cara berfikir logis berkembang secara bertahap, kira –
kira pada usia dua tahun dan pada sekitar tujuh tahun. Ia menunjukkan bahwa
pada anak-anak tidak seperti bejana yang menuggu untuk diisi penuh dengan
pengetahuan . mereka secara aktif membangun pemahamanya akan dunia dengan cara
berinteraksi dengan dunia.
Dalam
islam, seruan berfikir memperhatikan dan mengetahui tidak dikhawatirkan akan
membawa dampak negative yang bertolak belakang dengan kebenaran agama, sebab
islam beranggapan bahwa kebenaran agama tidak akan bertentangan dengan
kebenaran rasio. Akidah haruslah berdasarkan ilmu bukan dengan penyerahan diri
secara buta.
Jadi,
pada hakikatnya berikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan
antara manusia dan mahkluk lain. Dengan dasar berfikir ini, manusia dapat
mengubah keadaan alam sejauh akal dapat memikirkannya. Berfikir juga disebut
sebagai proses bekerjanya akal, manusia dapat berfikir karena manusia berakal.
Akal merupakan intinya sebagai sifat hakikat, sedangkan makhluk sebagai genus
yang merupakan dhat, sehingga manusia
dapat dijelaskan sebagai makhluk yang berakal.
Akal merupakan slah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai
kebenaran, dismping rasa untuk mencapai keindahan dan kehendak untuk mencapai
kebaikan. Dengan akal inilah, manusia dapat berfikir untuk mencari jalan yang
hakiki.
B.
Berfikir
dan Bernalar
Menurut
Sudarminta sesungguhnya berfikir lebih luas dari sekedar bernalar. Bernalar
adalah kegiatan pikiran untuk menarik kesimpulan dari premis – premis yang
sebelumnya sudah diketahui. Bernalar ada tiga bentuk :
v Induktif :
proses penarikan kesimpulan yang berlaku umum ( universal ) dari rangkaian
kejadian yang bersifat khusus ( particular ).
v Deduktif : penarikan
kesimpulan khusus berdasarkan hukum atau pernyataan yang berlaku umum.
v Abduktif :
penalaran yang terjadi dalam merumuskan suatu hipotesis berdasarkan kemungkinan
adanya korelasi antara dua atau lebih peristiwa yang sebelumnya sudah
diketahui.
Kegiatan
bernalar merupakan aspek yang amat penting dalam berfikir. Akan tetapi,
menyamakan berfikir dengan bernalar, seperti dikatakan Sudarminta, merupakan
suatu penyempitan konsep berfikir. Penalaran adalah kegiatan berfikir seturut
asas kelurusan berfikir atau sesuai dengan hukum logika. Penalaran sebagai
kegiatan berfikir logis belum menjamin bahwa kesimpulan ditarik atau
pengetahuan yang dihasilkan pasti benar. Dalam bernalar memang belum ada benar
– salah. Yang ada adalah betul – keliru, sahih atau tak sahih.
C.
Bahasa
dan Pikiran
Definisi
yang paling umum dari berfikir adalah perkembangan ide dan konsep. Berfikir
adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah
pada suatu tujuan. Kita berfikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian yang
kita inginkan.
Ciri
– ciri terutama dari berfikir adalah adanya abstraksi
( Purwanto, 1998:43). Abstraksi dalam hal ini berarti anggapan lepasnya kualitas
atau relasi dari benda – benda, kejadian – kejadian, situasi – situasi yang
mula – mula dihadapi sebagai kenyataan.
Berfikir
merupakan daya yang paling utama serta merupakan ciri yang khas yang membedakan
manusia dan hewan. Manusia dapat berfikir karena manusia mempunyai bahasa,
sedangkan hewan tidak. “ Bahasa” hewan adalah bahasa insting yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan, sedangkan bahasa
manusia adalah hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.
Dengan
bahasa, manusia bisa memberi nama kepada segala sesuatu, baik yang kelihatan
maupun yang tidak kelihatan. Senua benda, sifat, pekerjaan, dan lain – lain
yang abstrak, diberi nama. Dengan begitu, segala sesuatu yang pernah diamati
dan dialami dapat disimpan, menjadi tanggapan – tanggapan dan pengalaman –
pengalaman, kemudian diolah ( berfikir ) menjadi pengertian – pengertian.
Dalam
lapangan berfikir, Watson terkenal dengan teorinya bahwa berfikir pada
hakikatnya adalah implicit behavior (
Dirgagunarsa, 1996 ). Berfikir haruslah merupakan suatu tingkah laku motoris.
Anak – anak, bahkan orang dewasa, sering berfikir dengan bersuara. Berfikir
dengan bersuara ini adalah untuk membisiki diri sendiri. Pada fase selanjutnya,
berbicara terhadap diri sendiri ini menghilang dan diganti dengan gerakan –
gerakan kecil pada lidah yang tidak dapat terlihat dari luar. Seorang anak
belajar berbicara terhadap diri sendiri bukan hanya mengenai apa yang sedang
dikerjakan, tetapi juga apa yang telah atau akan diperbuat. Oleh karenaitu, ia
dapat mencapai bentuk berfikir pada orang dewasa.
D.
Macam
– Macam Berfikir
Secara
garis besar, ada dua macam berfikir, yaitu :
v Berfikir Autistik : lebih
tepatnya disebut dengan melamun, contoh : menghayal, fantasi, atau wishful thinking. Dengan berfikir
seperti ini, seseorang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar – gambar fantastis.
v Berfikir Realistik : sering
disebut reasoning ( nalar ), adalah
berfikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Floyd L. Ruch (
1967 ), sperti dikutip Rahmat ( 1994:69), menyebut tiga macam berfikir
realistic :
Ø Berfikir Deduktif
: berlangsung dari yang umum menuju yang khusus. Berfikir deduktif adalah
mengambil kesimpulan dari dua pernyataan , yang pertama merupakan pernyataan
umum, dalam logika, disebut dengan silogisme.
Ø Berfikir Induktif
: adalah proses berfikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena
individual untuk menurunkan suatu kesimpulan ( inferensi ). Berfikir induktif
ialah menarik kesimpulan umum dari berbagai kejadian ( data ) yang ada
disekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Proses berfikirnya adalah sintesis.
Tingkatan berfikirnya adalah induktif. Pada hakikatnya,, semua pengetahuan yang
dimiliki manusia berasal dari proses pengamatan ( observasi ) terhadap data.
Ø Berfikir Evaluatif
:ialah berfikir kritis, menilai baik – buruknya, tepat atau tidaknya suatu
gagasan. Dalam berfikir evaluative, kita tidak menambah atau mengurangi
gagasan. Kita menilainya menurut criteria tertentu ( Rahmat, 1994 ). Perlu
diingat bahwa jalannya berfikir pada dasarnya ditentukan oleh berbagai macam
factor, antara lain yaitu bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah
tersebut, situasi yang tengah dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi,
pengalaman – pengalaman orang tersebut, serta bagaimana intelegensi orang
itu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada
hakikatnya berikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan antara
manusia dan mahkluk lain.
2. Berfikir
juga berarti berjerih – payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami
atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi.
3. Berfikir
lebih luas dari sekedar bernalar.
4. Berfikir
merupakan daya yang paling utama serta merupakan ciri yang khas yang membedakan
manusia dan hewan. Manusia dapat berfikir karena manusia mempunyai bahasa,
sedangkan hewan tidak.
5. Macam
– macam berpikir diantaranya berfikir autistic dan berfikir realistic. Dan
berfikir realistis yaitu dengan berfikir deduktif, induktif, evauatif.
DAFTAR PUSTAKA
Sobur, Alex . 2003 . Psikologi Umum
. Bandung : Pustaka Setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar